Selamat Datang di Web Kalurahan Brosot KALURAHAN BROSOT BERBUDAYA MEMBUDAYAKAN BUDAYA

Artikel

SEKILAS TENTANG DESA BROSOT

09 April 2019 10:32:47  Administrator  3.698 Kali Dibaca  Berita Lokal

Desa Brosot adalah sebuah desa yang terletak di bagian tenggara Kabupaten Kulon Progo. Secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah wilayah yang menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di daerah selatan Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto.

Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.

Predikat “Desa Budaya” yang disandang oleh Desa Brosot, di dalamnya terkandung sebuah tuntutan yang sangat besar yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Tuntutan tersebut mengharuskan adanya campur tangan berbagai pihak, termasuk di dalamnya pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk melakukan berbagai pembinaan terhadap setiap sektor kegiatan yang ada. Pembinaan tersebut diharapkan mampu menunjang potensi yang dimiliki desa, sehingga potensi-potensi tersebut dapat tergarap sesuai dengan keadaan desa.

Berbagai potensi terpendam masih dimiliki oleh desa, mulai dari potensi tatanan sosial, adat istiadat dan tradisi (yang sampai sekarang masih tetap hidup dalam lingkungan masyarakat), sampai dengan potensi fisik baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan untuk mengarahkan wilayah desa kearah yang lebih maju. Sampai saat ini pihak pemerintah desa masih terus berupaya untuk memanfaatkan berbagai potensi tersebut melalui berbagai langkah. Pemberdayaan potensi terus dilakukan yang juga ditindaklanjuti dengan pemikiran-pemikiran konkrit. Tatanan sosial, adat-istiadat, tradisi dan budaya yang ada dan tumbuh dalam masyarakat terus dibina seiring dengan kemajuan pola pikir dan peradaban masyarakat desa.

Dalam pengelolaan Desa Budaya, baik pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, para tokoh masyarakat  serta masyarakat telah saling bersinergi guna mewujudkan masyarakat desa yang berbudaya, sehingga akan terwujud masyarakat yang maju dan mandiri baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.

Asal Usul Desa Brosot (Legenda Bribil Brosot)

Secara historis, desa Brosot pada awalnya adalah sebuah wilayah yang menjadi pusat (ibukota) dari sebuah wilayah Kabupaten. Dimana di daerah selatan Kulon Progo terdapat suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto.

Konon di sebuah tempat di tepi sungai Progo, tinggallah sekelompok penduduk yang hidup dengan damai. Sekalipun mereka tinggal di daerah yang penuh rawa, tetapi kehidupan mereka selalu penuh dengan aktivitas masing-masing. Sebagian besar mereka bercocok tanam di tanah yang sebagian besar berupa rawa tersebut. Dengan gigih penduduk mengolah lahan yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya. Mereka melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan kegiatan bercocok

tanam. Penduduk sangat bersukur atas pemberian Yang Maha Kuasa atas tanah yang sebagian besar berupa rawa, namun dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semangat gotong royong dalam masyarakat tersebut berjalan sangat baik. Diantara para penduduk tertanam jiwa saling tolong menolong dan saling menghormati sesamanya.

Ditengah kedamaian dan ketentraman penduduk desa tersebut, tinggal pula seorang pengembara yang tidak diketahui asal-usulnya. Masyarakat mengenal sosok tersebut sebagai seorang yang arif dan bijaksana, serta memiliki falsafah hidup sepi ing pamrih rame ing gawe. Penduduk merasa beruntung dengan kehadiran sosok orang tersebut di desa mereka. Sudah banyak penduduk yang mendapat kesulitan dan akhirnya dapat tertolong oleh kemurahan hati pengembara itu. Orang tersebut dikenal bernama Ki Truno Bongso.

Suatu ketika, salah seorang penduduk mengalami sakit yang sudah cukup lama tidak kunjung sembuh. Para sanak famili dan tetangga sudah berusaha membantu untuk mencarikan obat demi kesembuhan orang itu. Namun tak satupun obat yang diberikan mampu mengurangi penderitaannya. Bahkan telah banyak biaya yang dikeluarkan oleh keluarga orang tersebut guna berupaya penyembuhan.

Dari hari ke hari penyakit orang tersebut semakin parah sampai pada masa kritis. Banyak tetangga dan sanak famili yang menunggui orang tersebut di masa kritis itu. Pada saat mereka merasa khawatir, tiba-tiba datang Ki Truno Bongso. Ki Truno Bongso menanyakan tentang penyakit yang menimpa orang tersebut. Setelah memahami apa yang tengah dialami oleh si penderita, kemudian Ki Truno Bongso minta ijin ke kebun di sekitar rumah untuk mencari dedaunan dan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit.

Tak lama kemudian Ki Truno Bongso kembali dan kemudian membuat ramuan dari tanaman yang ia temukan. Setelah selesai meramu obat, Ki Truno Bongso kemudian memberikan ramuan tersebut kepada si penderita. Ia juga memberikan penjelasan kepada keluarga tentang ramuan yang dibuatnya dan berpesan agar keluarga membuatkan ramuan tersebut serta diberikan sehari dua kali.

Hari ketiga setelah pemberian ramuan obat tersebut, Ki Truno Bongso menengok kembali perkembangan orang tersebut. Ternyata orang tersebut sudah sembuh dari penyakit yang dideritanya. Keluarga sangat berterima kasih atas pertolongan Ki Truno Bongso dan bermaksud memberikan imbalan atas jasa baik dan pertolongan Ki Truno Bongso. Namun ketika imbalan itu belum sempat diberikan, Ki Truno Bongso kemudian pergi dari rumah itu tanpa mengucap sepatah katapun. Ia pergi entah kemana.

Beberapa putaran bulan Desa tersebut masih dalam keadaan aman, tentram dan damai. Tiba-tiba di suatu malam yang gelap, terdengar suara hiruk pikuk dan jeritan penduduk di tengah desa tersebut.  Tak lama kemudian terlihat sinar merah dan kobaran api dari beberapa rumah. Ternyata rumah beberapa penduduk telah dibakar oleh segerombolan orang. Grombolan itu sangat bengis dan tidak segan-segannya berbuat jahat, bahkan membunuh orang. Malam itu penduduk sangat ketakutan sehingga mereka lari berhamburan menyelamatkan diri. Bahkan ada beberapa orang penduduk yang meninggal karena dibunuh oleh gerombolan tersebut. Setelah penduduk berhamburan pergi dan beberapa terbunuh, gerombolan itu mengambil harta benda milik penduduk.

Beberapa kali kejadian itu terulang kembali. Penduduk merasa sangat resah dan ketakutan. Tak seorangpun dari penduduk itu yang berani melawan kekejaman  gerombolan  yang  belakangan  diketahui dipimpin oleh Ki Bajul Putih. Ki Bajul putih adalah sosok manusia yang memiliki kesaktian luar biasa. Dengan kesaktian yang dimilikinya, ia dapat menjelma menjadi seekor buaya putih yang sangat besar buas dan kejam. Akibatnya penduduk tidak berani melakukan kegiatan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka tidak berani bercocok tanam, mereka tidak berani berdagang. Sepanjang hari mereka hanya dilanda rasa was-was dan takut kalu tiba-tiba gerombolan itu kembali membuat kerusakan di desa tersebut.

Di saat penduduk merasa resah, cemas dan takut, tiba-tiba Ki Trunobongso kembali muncul di desa tersebut. Seperti hari-hari biasanya, Ki Trunobongso yang seorang pengembara tengah berjalan di tepi Sungai Progo. Ditengah perjalanan Ki Trunobongso bertemu dengan seseorang, yang tak lain adalah salah seorang tokoh Dusun tersebut. Tokoh Dusun tersebut segera menyapa terlebih dahulu kepada Ki Trunobongso

Terjadilah perkenalan di tengah jalan antara dua sosok manusia tersebut. Ki Trunobongso segera memperkenalkan jatidirnya, kemudian orang tersebut juga memperkenalkan dirinya yang bernama Joko Kemuning. Joko Kemuning adalah salah seorang tokoh di Dusun tersebut. Semula Joko Kemuning hendak pergi tanpa diketahui dan ditentukan tujuan yang dikehendaki. Ia hanya tahu bahwa ia merasa memiliki kewajiban dan tanggungjawab atas warga Dusun yang merasa resah karena adanya sekelompok orang yang selalu berbuat jahat di Dusun tersebut.

Joko Kemuning bercerita panjang lebar tentang kegelisahan masyarakat terhadap ulah gerombolan yang sering merampok harta penduduk, Kelompok tersebut dipimpin oleh seorang yang berwatak bengis bernama Bajul Putih. Ia terkenal bisa berubah wujud dari sosok manusia menjadi seekor buaya putih yang besar dan sangat buas. Ia tidak segan-segan menculik para gadis, membunuh, dan tindakan kejam lainnya. Suasana dusun yang dulu aman, tentram dan damai, kini berubah menjadi sepi dan mencekam. Tak seorangpun tokoh atau warga dusun yang sanggup menghentikan ulah gerombolan Bajul Putih. Tak seorangpun penduduk dusun yang memeiliki kesaktian diatas kesaktian yang dimiliki Bajul Putih. Maka Joko Kemuning yang merasa memiliki tanggung jawab atas ketntraman warganya, bermaksud mencari orang yang mampu menghentikan ulah kejam Bajul Putih.

Setelah mendengarkan keluh kesah Joko Kemuning, tanpa menyepakati dan memperhatikan imbalan yang di tawarkan Ki Trunobongso segera mengajak Joko Kemuning untuk mencari Bajul Putih. Keduanya segera berjalan mencari Bajul Putih, dan ternyata dari kejauhan sudah terdengar keributan yang tak lain adalah aksi gerombolan Bajul Putih yang sedang membuat kekacauan di tengah warga dusun.

Saat itu Ki Bajul putih dan anak buahnya sedang beraksi melakukan penjarahan dan berbuat kekacauan di dusun tersebut.  Dengan membabi buta herombolan itu membuat kerusakan rumah-rumah penduduk dan membakarnya. Ki Trunobongso segera menghampiri Ki Bajul Putih dan bermaksud mengingatkan Bajul Putih agar menghentikan ulah anak buahnya. Dengan santun Ki Trunobongso meminta kepada Bajul putih untuk mengembalikan harta penduduk yang telah dirampasnya. Namun Ki Bajul Putih tidak menghiraukan ucapan Ki Trunobongso dan bahkan ia hendak membunuh Ki Trunobongso. Akhirnya dengan sangat terpaksa Ki Trunobongso meladeni kemauan Bajul Putih dan anak buanya.

Terjadilah pertempuran yang sangat seru antara Ki Trunobongso dengan Ki Bajul Putih yang dibantu anak buahnya.  Sekilas tampak pertempuran itu tidak seimbang, satu orang dikeroyok oleh beberapa orang. Namun, satu persatu anak buah Bajul putih dapat dilumpuhkan oleh Ki Trunobongso yang ternyata juga memiliki kesaktian yang sebanding dengan Bajul Putih. Kini perkelahian itu tampak seimbang karena tinggal satu melawan satu, Ki Trunobongso melawan Ki Bajul Putih. Adu kesaktian terjadi dan bergantian saling unggul. Akhirnya Ki Trunobongso dapat mengetahui kelemahan lawannya, dan dengan ajian yang dimiliki Ki Trunobongso menyerang Bajul Putih. Bajul Putih tidak mampu menahan serangan dan akhirnya tewas di tangan Ki Trunobongso.

Walaupu Ki Trunobongso menang dalam perkelahian tersebut, namun dalam benaknya terjadi penyesalan karena telah membunuh beberapa orang. Ia lalu bersujud memohon ampun kepada Yang Maha Kuasa atas perbuatannya yang telah membunuh makhluk ciptaan-Nya.

Penduduk sangat gembira melihat gerombolan yang meresahkan telah tiada. Mati di tangan Ki Trunobongso. Karena kegembiraannya, akhirnya penduduk sepakat untuk memberikan imbalan pada Ki Trunobongso. Melalui Joko Kemuning penduduk menyatakan niatnya kepada Ki Trunobongso. Mereka sangat menginginkan Ki Trunobongso bersedia diangkat menjadi pimpinan Desa tersebut dan akan diberikan beberapa petak sawah hasil iuran penduduk. Ki Trunobongso tidak menjawab sepatah katapun dan pergi begitu saja dari kerumunan penduduk, lalu sesaat kemudian hilang.

Setelah kejadian tersebut, banyak peristiwa yang dialami oleh penduduk, dimana Ki Truno Bongso selalu memberikan pertolongan dan bantuan kepada warga masyarakat desa tersebut. Tetapi setiap akan diberikan imbalan, Ki Truno Bongso kemudian pergi tanpa pamit dan bahkan tanpa mengucap sepatah katapun.

Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut, akhirnya masyarakat sepakat memberi nama desa tersebut dengan nama desa Brosot yang berakar pada filosofi sepi ing pamrih rame ing gawe. Kata Brosot berarti brojol, atau hilang/pergi tanpa pamit, dimana Ki Truno Bongso selalu brojol,  hilang, pergi tanpa pamit saat akan diberi imbalan atas budi baiknya.

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image [ Ganti gambar ]
  Isikan kode di gambar
 


Wilayah Kalurahan

Aparatur Kalurahan

Sinergi Program

Agenda

Belum ada agenda

Statistik Penduduk

Komentar Terbaru

Info Media Sosial

Lokasi Kantor Kalurahan


Kantor Desa
Alamat : BROSOT, GALUR, KULONPROGO
Kalurahan : BROSOT
Kapanewon : Galur
Kabupaten : KULON PROGO
Kodepos : 55662
Telepon :
Email : pemdes.brosot@gmail.com

Statistik Pengunjung

  • Hari ini:100
    Kemarin:55
    Total Pengunjung:73.648
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:34.204.176.71
    Browser:Tidak ditemukan

Arsip Artikel

05 Maret 2019 | 16.958 Kali
Data Desa
05 Maret 2019 | 16.925 Kali
Pemerintah desa
05 Maret 2019 | 16.916 Kali
Profil
05 Maret 2019 | 16.911 Kali
Sejarah Desa
08 Juli 2019 | 16.849 Kali
Maklumat PPID
05 Maret 2019 | 16.813 Kali
Profil Wilayah Desa
08 Juli 2019 | 16.810 Kali
Mekanisme Layanan

Statistik SID